Mengapa orang sekarang masih membicarakan soal cinta?

Okky Febriansyah
3 min readJul 9, 2020

--

Love is magical, not logical
Photo by Jamie Street on Unsplash

“Bahkan di usia kami yang sama-sama mencapai kepala lima ini, ibu bahkan tidak bisa mengubah sifat ayahmu itu. Sedari dulu begitu lah adanya”

Apa yang dikatakan ibu itu cukup mengejutkanku. Sedikit membingungkan. Pasalnya, kenapa mereka memutuskan untuk menikah saat mereka tak saling mengerti. Atau.. mungkin tidak. Aku membayangkan, bahwa ada alasan dibalik keputusan mereka tersebut. Sesuatu yang besar. Namun mungkin sulit untuk dijelaskan. “Hidup bersama dalam waktu lama ternyata tidak menjamin bahwa dua buah insan saling mengerti”. Gumamku dalam hati.

Kurang lebih satu bulan yang lalu, ibu telah mencapai usianya yang ke 51 tahun. Kami bertiga merayakannya dengan acara makan bersama di sebuah warung lalapan cukup terkenal di kampung kami. Saat adzan maghrib berdengung, seketika itu ibu berdoa lalu bersiap untuk membatalkan puasanya. Sedangkan kami, hanya menyantap makanan dengan tujuan melepas dahaga saja.

Makan-makan selesai. Semua orang mencuci tangan. Tak lupa, bermain hape. Sudah jadi budaya setiap sekelompok orang yang enggan berbincang. Tiba-tiba “Ayo pulang, keburu waktu isya’. ”. Kami pun pulang, sesampainya di rumah kemudian sholat berjamaah. Itulah perayaan ulang tahun tulang punggung keluarga kami, yang cukup meninggalkan bekas kebingungan di kepalaku.

Bagaimana tidak? Hari itu dirayakan tanpa adanya ucapan, selamat ataupun sekedar harapan. Simbol-simbol seperti kue, lilin, dan balon apalagi. Foto keluarga pun tak sempat terpikir. Bagaimana waktu mendesak kami untuk segera pulang hingga kita lupa bahwa sedang merayakan sesuatu. Sungguh sangat kontras dengan budaya yang terjadi di lingkungan perkotaan tempat dimana aku menuntut ilmu.

Tidak sekali dua kali mereka bertengkar karena hal sepele. Pernah dulu berebut tayangan televisi, ibu yang tidak terima saat itu sampai membanting remote-nya ke lantai. Dulu juga begitu, waktu ibu terlalu banyak bicara saat posisi kaca spion mobil dirasa kurang tinggi. Padahal yang jadi supirnya adalah ayah. Bukannya radio, mereka malah saling adu mulut sepanjang perjalanan.

Namun, ada suatu waktu saat kita pergi piknik ke sebuah savana yang katanya viral di media sosial minggu lalu. Perjalanan kesana sedikit menyusahkan karena sempat kesasar. Itu sudah biasa bagi mereka para pemuja kecanggihan google maps, yang apesnya selalu dilewatkan pada sebuah jalanan sempit terjal persawahan. Sesampainya disana, kita menggelar tikar dan menyantap ikan bakar yang dibeli sebelumnya. Sungguh senang rasanya melihat mereka saling melemparkan gurauan, lalu saling membalas dengan tawa kecil, sambil sesekali mencari spot foto yang bagus. Bukan hanya jarang terjadi. Bagiku, momen itu akhirnya menjawab keraguan yang ada di kepalaku.

Barangkali, cinta memang sebuah kunjungan tiba-tiba, yang membawa bencana malapetaka sekaligus kebahagiaan surgawi yang tiada habisnya dilogika. Lantas, mengapa orang-orang masih dengan lantang berbicara apapun perihal cinta?

Ada beberapa hal dalam seseorang yang tak mungkin bisa diubah: masa lalunya, kegilaannya, bahkan kapasitasnya mencintai orang lain. Akan sangat sulit mengubahnya, setidaknya tanpa memberikan ‘goncangan’ yang kuat. Pun begitu dengan sifat, yang merupakan produk masa lampau yang dihasilkan dari sebuah perjalanan manusia. Dibutuhkan waktu dan usaha yang besar untuk mengubah itu. Walaupun kadang juga masih tak cukup.

Pilihan terbaik adalah keterbukaan anda dalam menerima sesuatu itu, walau dengan tanpa ikut menyepakatinya.

Dan lagi, cinta bukan melulu soal merasa ingin dicintai, tapi bagaimana kita bisa mencintai. Itu sudah sangat cukup. Pernyataan ini secara alami akan mendorong manusia untuk memberikan feedback ekspresi tersebut. Tak perlu mengharapkan adanya kembalian. Jika tidak? Percayalah bahwa anda sedang hidup dalam imajinasi semata.

Maka, ditengah lika-liku berumah tangga yang mungkin dialami setiap orang dalam fase kehidupannya, aku semakin yakin. Yakin bahwa kebahagiaan tak lantas akan dididapatkan dengan tingkat kecocokan. Bahkan, ditengah ke-semrawutan yang terbentuk itu, akan tercipta suatu hal-hal sederhana yang mampu menggetarkan hati kita, yang kemudian bagi sebagian orang dijadikan sebagai alasan untuk mengatakan “Aku mencintaimu”.

Semua tentang bagaimana anda menghayatinya.

Selamat ulang tahun.

--

--

Okky Febriansyah

Menyikapi berbagai persoalan dan problema kehidupan dalam satu wadah